Tanggerang, Minuts Online --- Beberapa orang tua siswa di kota Tanggerang khususnya yang bersekolah di SDN Cikokol 3 kota Tanggerang mengeluhkan iuran atau sumbangan sekolah yang diduga pungutan liar (pungli) . Salah satu orang tua siswa bapak yang berinisial S (42) menyampaikan hal tersebut.
Menurutnya, sekolah negeri seharusnya bebas dari pembayaran tambahan karena ditanggung oleh pemerintah. Namun pada kenyataannya, orang tua dibebankan uang iuran per bulan. Uang tersebut, kata IA, dikelola oleh paguyuban Sekolah.
"Permasalahannya adalah kan sekolah (negeri) itu gratis dari pemerintahnya, kenapa ada uang kas paguyuban? Terus kalau ada guru yang pensiun atau keluar dari sekolah itu katanya ada uang kadeudeuh (hadiah), seikhlasnya, tapi ada angka minimal yang ditentukan,bukan hanya itu ada beberapa iuran lainnya seperti uang perpisahan pembelian hadiah buat guru di sekolah. Bahkan murid di minta iuran langsung untuk pembelian peralatan kelas berupa lemari dan yang lainnya" kata S kepada kabarindo79.com selasa (28/1/2025).
"Jadi paguyuban sekolah itu seolah-olah berperan penting dalam iuran itu. Kendalanya kan orang tua itu nggak mampu semua. Untung-untung kalau kita bisa maksain, pinjam sana-sini. Saya jujur sehari-hari hanya sebagai buruh harian lepas, pabetot-betot (tarik-menarik) lah istilahnya," sambungnya.
Menurutnya, iuran tersebut selalu naik setiap kenaikan kelas. Pada tahun ini, ia harus merogoh kocek Rp20 ribu untuk uang kas per bulan. Ditambah ada pembelajaran tambahan (les) per siswa membayar Rp 10 ribu per pertemuan, lalu iuran BTS atau buku tahunan siswa untuk transport per siswa 35 ribu per siswa.
"Jadi kalau dihitung-hitung sekolah negeri kayak sekolah swasta. Uang kas, uang kadeudeuh, dah banyak lagi. Jangan sampai seperti ini lah, kalau seragam itu setiap harinya beda (berganti-ganti) nggak kaya dulu dan itu harus beli. Kalau merah putih boleh (beli) dari luar. Kalau baju pramuka dan lain sebagainya itu harus dari sekolah kaya topi, kaos kaki harus dari sekolah," tuturnya.
"Jadi kalau dihitung-hitung sekolah negeri kayak sekolah swasta. Uang kas, uang kadeudeuh, dah banyak lagi. Jangan sampai seperti ini lah, belum lagi pembelian buku LKS yang di pergunakan dalam pembelajaran sekolah yang biyayanya lebih dari 100 ribu," tuturnya.
(S) meminta agar kebijakan itu dipertimbangkan lagi. "Ini sudah lama, kalau tidak diubah kasian orang tua tidak mampu semua," katanya.
"Harapannya ya ingin seperti biasa saja jangan banyak pungutan, katanya gratis dari pemerintah tapi kenapa banyak pungutan yang tidak jelas dengan dalin se-ridanya," sambungnya.
Orang tua lainnya ibu berinisial (S) juga bersuara terkait iuran tersebut. Yang anak nya yatim di arahkan oleh oknum guru untuk ikut kegiatan studi tour menggunakan uang bantuan KIP atau bantuan dari pemerintah yang sebenarnya peruntukannya bukan buat studi tour.
Ibu (s) mendapatkan keluhan dari orang tua siswa lain bawasannya apabila tidak mengikuti kunjungan studi tour atau kunjungan ke TMII ada bahasa dari oknum guru akan di tahan rapot kenaikannlelasnya mengatasnamakan menyukseskan program sekolah. Tambahnya.
Sunggu sangat memprihatikan yang terjadi dugaan pungli yang terjadi di SDN Cikokol 3. Pendidikan yang sebenarnya gratis di tanggung pemerintah banyak oknum yang melakukan iuran iuran yang sebenarnya termasuk dalam pungli.
Semoga pihak sekolah atau pihak paguyuban dapat memberikan klarifikasi terkait dugaan dugaan pungli yang terjadi di sekolah SDN Cikokol 3 agar kedepannya tidak berkembang isu atau pemikiran negatif terhadap SDN Cikokol 3 kota Tanggerang. (*/Red.)